Minggu, 15 April 2012

Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka

JIKA KALIAN BERPALING!!!

Ada satu pepatah yang artinya bahwa setiap orang memiliki bagian dari namanya sendiri. Beberapa hari yang lalu aku berkunjung ke sebuah negara teluk. Aku bertemu seorang pemuda bernama Sa’id, seorang keturunan cina yang memancarkan kecerdasan dan etos kerja yang dikenal diam. Ia mengetahui semua saudara sebangsanya yang hidup di negeri ini. Ia kunjungi dan bantu semuanya ; yang sakit dibawa ke rumah sakit, yang membutuhkan penerjemah bahasa ia lakukan itu untuknya, yang meninggal dunia ia urusi dan masih banyak lagi. Ia mengenal mayoritas keturunan Cina yang tengah belajar di negara-negara Arab dan mendakwahkan Islam. Sungguh ia beraktivitas mulai selepas shalat Subuh sampai lewat tengah malam. Ia merasa gembira dan bahagia dengan apa yang dilakukannya, tidak mengeluh maupun menggerutu. Ia tidak menyia-nyiakan satu waktu pun tanpa ada aktivitas, kunjungan dan tidak pula dakwah. Tidakkah kita berhak berkata, “Memang setiap orang memiliki bagian dari namanya!”
Kejadian lain... Ada dua orang pemuda dari Asia Tenggara yang saling bertengkar. Salah satu memukul yang lain, sehingga menimbulkan luka di wajah. Pihak korban pergi mengadu ke polisi, dan karena di tidak mampu berbahasa Arab dengan bvaik dicarilah orang yang bisa menerjemahkan. Akhirnya mereka menemukan seorang Arab yang bsia menerjemah, namun dengan tidak lancar.Hasilnya pertanggungjawaban justru dibebankan ke pihak yang dipukul, bukan pelaku pemukulan. Keluarlah orang tersebut membawa luka di wajah dan luka lain dihati serta jiwanya. Bagaimana bisa orang yang dianiaya manjadi tersangka/ dan bagaimana pelaku pelaku kezhaliman ini mampu melepaskan diri melalui penerjemah yang membolak-balikkan perkataan?
Orang tersebut sedih dan memikirkan apa yang akan dilakukannya, namun aia menyadari  dirinya tidak mampu menemukan solusi yang bisa menghilangkan kesedihan, menenangkan hati dan mengembalikan haknya.
 Datanglah orang yang mengarahkannya pada satu solusi yang mudah dan sederhana. Lalu ia menunjukkan kepadanya sebuah kantor komunitas imigran, seraya berkata “Anda katakan saja problem Anda kepada mereka, niscaya mereka akan membantu Anda memecahkannya.” Antara percaya dan tidak percaya orang tersebut menuju kantor. Disana ia mendapati banyak warga negaranya yang menghibur dirinya. Ia ajukan problem dirinya kepada pimpinan kantor, yang kemudian menghubungi markas polisi dan melaporkan permasalahan tersebut kepada mereka. Pihak polisi memintanya datang bersama orang tersebut, serta seorang penerjemah yang jujur untuk mengetahui kebenaran dan kenyataannya. Selang beberapa menit semua telah berada di depan komandan polisi, dipanggilah pihak kedua (yang diadukan) bersama penerjemah warga Arab tadi. Akhirnya terkuaklah perihal permainan tadi dan keputusan berubah sebaliknya.  Kemudian semuanya keluar. Di tengah perjalanan, korban merasa seolah-olah mimpi buruk yang menimpanya telah meninggalkannya, lantas ia bertanya-tanya apakah jkalan keluarnya setelah ini?
Pimpinan kantor berkata kepadanya, “Solusi ada di tangan Anda sendiri. Anda ingin ke pengadilan atau berdamai  dengan imbalan sejumlah uang?” ia bertanya, “Berapa?” Pimpinan memperkirakan dua ribu Riyal. Selang beberapa hari perusahaan tempat kerja terdakwah menyerahkan sejumlah uang, dan selesailah masalah tersebut.
Mulailah orang Asia non-muslim tersebut berkali-kali mengunjungi kantor komunitas imigran dan tidak seorang pun yang mengajaknya berbicara tentang Islam atau yang lainnya agar ia tidak merasa harus membayar bantuan tersebut. Berulang kali ia berkunjung dan bersamaan dengan akhir pekan ia ingin mengetahui bagaimana menyatakan keislamannya.
Orang tersebut masuk Islam kemudian mengajak warga asing sebangsanya satu demi satu. Beberapa hari yang lalu, ia datang bersama dengan keenam orang sebangsanya yang datang untuk menyatakan  keislamannya.
Bantuan yang sederhana ini telah membantu si korban yang karena ketidaktahuannya akan bahasa Arab menghalangi dirinya menyampaikan permasalahan dan mengambil haknya. Manakala ia mendapati orang yang sudi membantu dirinya dalam masalah tersebut tanpa meminta imbalan, semua itu membuatnya terdorong memeluk Islam dengan penuh ketulusan dan tekad, tidak menginginkan harta dan tidak pula karena lari dari tanggungan.
Kesimpulan:
Jiwa manusia itu mudah terkesan olah perbuatan yang baik lagi benar tanpa mengungkit-ungkit dan menyakiti, kapan pun selagi masih dalam fitrahnya. Maka kita wajib tidak mengesampingkan perbuatan baik, meskipun kecil. Dan kita harus berinteraksi denga sesama manusia dengan mengacu pada penghormatan dan cinta Allah terhadap mereka, serta mengharapkan kebaikan untuk mereka. Insya’Allah hasilnya akan sangat mengembirakan.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar menyertai orang-orang yang berbuat baik”(Al-Ankabut [29] : 69)





Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes | New Blogger Themes